This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 April 2012

Pengetahuan itu Penting... Photograpy

Ilmu Fotografi

Post Date: 15 Mei 2008 By Johan


Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.

Jenis-jenis kamera

a) Kamera film
, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.
1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia
2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita
3. Medium format
4. Large format

Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas

Jenis-jenis kamera Film
1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm
2. Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm
3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem
4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium
5. Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium

Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

b ) Kamera digital
Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto
3. DSLR. Digital SLR


Lensa Kamera

mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV)
tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

Field of View Crop
sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

Jenis-jenis Lensa
a. berdasarkan prime-vario
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur

b. berdasarkan panjang focal
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh

c. berdasarkan aperture maksimumnya
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit

d. lensa-lensa khusus
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm

Peralatan bantu lain
- Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal.
Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.
- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap
- Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya :
UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit

Exposure

jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya
- Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk
- ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200
Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal

Exposure metering ( sering disingkat dengan metering )
adalah metode pengukuran cahaya
1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame
2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah
3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu
4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja

Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure
Over exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop
Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.
Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.
Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.
Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2.
Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2).

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1.
Beda speed tiap stop adalah 2 kali

DOF , Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit

Pemilihan DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

Shooting mode
Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret
1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter
2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF
3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil
4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed

Creative zone

1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.
2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat
3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed
4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual

Komposisi dan Angle
Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar
Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

Semoga Bermanfaat
Link Tutorial
http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=pengetahuan-tentang-ilmu-fotografi

Picture Control Nikon


by priotography on Apr.17, 2011, under Ilmu Fotografi, sharing, Tips & Trick

Karena satu dan lain hal, dan salah satunya makin bertambahnya pemakai Nikon D90 serta atas email japri beberapa kali. Saya ingin share beberapa yg saya ketahui ttg picture control, setting, serta bagaimana kita tune up nya.
Jika term of Picture Control ada di Nikon, bukan berarti feature tsb tidak ada di Canon, walau saya tidak memahami nya dengan dalam, tapi ada di Canon’s User Defined atau skrg dikenal juga sbg Picture Styles. Di Pentax dikenal sbg Picture Mode.
Mungkin utk bisa mempersempit bahasan, saya konsentrasi pembahasan di sini utk Picture Control di Nikon.
_DSC0751.jpg
Nikon D300 + 17-55 f2.8, strobist kiri 1/32 dan kanan 1/64 + piccon Superia.
Tanpa post processing, hanya resizing max 640 pixel

Apa sih Picture Control/Picture Style itu?

Picture Control itu tidak lain dan tidak bukan “hanya”lah setting utk saturasi, sharpness, WB, hingga curve yg bisa kita atur2 kemudian dijadikan semacam “template” yg ditanamkan dalam kamera kita. Adjusting parameter tsb bisa kita lakukan in atau out of camera.
Picture Control menjadi unique dan mempunyai taste personal karena “template” ini bisa kita adjust sesuai dengan kesukaan dan preferable masing2 orang behind camera nya.
Tapi bukan berarti tidak menjadi masal, karena dengan picture control system di Nikon pula kita justru bisa membuat tonal dari kamera yg berbeda (misalnya D2X) utk diterapkan di kamera apa saja (mis: D40, D70s, D200 … dstnya) yg kita apply di photo saat post process nya.
So, picture control bisa di adjust in dan out of camera, dan bisa di apply di in and out of camera.
Ada 6 picture control standard bawaan in-camera di beberapa camera seperti D3X, D3S, D300, D300s, D700, D90 dan D7000 yaitu Standard, Neutral, Vivid, Portrait, Landscape dan Monocrome.

Terus apa asiknya pake Picture Control?

Picture Control bisa kita manfaatkan sebagai “template” tonal in-camera yg dengan segala kemudahaannya, kita bisa mereduksi proses di “out of camera”. Sehingga hasil yg keluar dari kamera sudah matang dan sesuai dengan keinginan kita..

Terus tadi katanya Picture Control bisa di applikasikan di luar (out of) camera? Pake software apa?

Picture Control System sudah di establish dengan baik oleh Nikon sehingga utk kamera2 yg tidak mempunyai fasilitas picture control seperti D40, D70(s), D200, D100, dll… bisa mengaplikasikan picture control di luar kamera dengan bantuan software house-in-tools dari Nikon. Misalnya dengan View NX atau Nikon Capture NX, dimana RAW hasil jepretan dari kamera2 tersebut bisa diubah tonalnya dengan tonal dari picture control “template” yg kita punya.
Metode ini dikenal orang sebagai metode passive karena dilakukan out of camera dan pemilihan picture control setelah shutter di jepret. Sementara yg in-camera dikenal sebagai metode active.
Walau demikian menurut saya itu hanya penamaan saja, secara praktek nya semua tergantung dengan kondisi di lapangan. :)

Ok deh.. Sekarang emang Picture Control bisa diubah apa nya ajah sih? Kok segitu sakti mandragunanya…?

Tidak saja sharpening, contrast, brightness, saturation, dan hue saja, tapi juga bisa mengatur Filter efect, toning dll.. Bahkan jika kita create picture control out of camera, kita bisa mengubah curve yg kemudian di simpen dalam satu set ke dalam piccon kita.
Nah, saking flexible kita mengubahnya, bahkan tonal khas dari film2 era dahulu kita bisa “tiru” templatenya dengan piccon ini. Seperti Fuji Reala, Velvia, Superia dll…Makanya menjadi sakti :)
Yang bisa kita oprek2 di dalam kamera (tergantung serinya)

1. Quick Access

pic01.jpg
Di Neutral dan Monochrome gak bisa di ubah. Yang di ubah : Sharpening, Contrast, Brightness, Saturation dan Hue.
Buat ngatur secara cepet tonal dengan parameter2 yg dioprek seperti disebut di atas

2. Sharpening

pic02.jpg
Bisa ngeluarin texture stand-out dari photo kita. Kita bisa set Auto ajah utk supaya ketajaman disesuaikan (yg dianggap camera) utk berbagai kondisi pemotretan

3. Contrast

pic03.jpg
Buat yg suka photo dengan kontrast tinggi, bagian ini utk settingnya. Yg suka main2 dengan shadow, texture di jalanan, siluet, paling enak memang dengan kontrast yg tinggi.

4. Brightness (terang-gelap)

pic04.jpg
Kecuali saat D-Lighting di set OFF, brigthness nya gak bisa diset.
Brightness bisa berarti mengubah level keterangan dari overal setiap sudut dalam photo. Pengaturan brightness yg tepat bersama contrast bisa menghasilkan gradasi keterangan yg baik.

5. Saturation

pic05.jpg
Yg suka warna2 genjreng… di sini buat atur2 saturasi. si KenArok (ken rockwell -red) paling suka dengan Vivid yg kemudian ditambahkan lagi saturasinya…
Oh iya, kalau di set monochrome, gak bisa mengatur saturasinya (iya lah hehehhehe) Tapi yang suka less saturasii, bisa di set under level saturasinya mendekati maximum utk mendapatkan photo2 yg less saturasi.. misalnya utk shepia atau nearly dual tone :)

6. Filter Effect

pic07.jpg
Yang suka motret BW, di sinilah surganya kita ngoprek2 tonal. Ini seperti kita mengubah2 channel di BW convertion di photoshop. Yang suka BW utk landscape misalnya kita bisa pilih warna yg dominan utk langit supaya detail langit tetep terjaga dstnya.
Utk yg suka portrait in BW, channel Green paling asik buat dimainin utk ngatur skin tone (Supaya gak terlalu putih dan lost detail) dan warna bibir dan juga warna pipi yg kadang suka kemerahan.

7. Toning

pic09.jpg
Buat saya ini tidak terlalu kepake, tapi yg suka artwork utk bermain2 dengan dual tone.. misalnya dual tone biru hitam dsbnya, di sini tempatnya.
Saya cenderung utk membuat photo BW sedikit hangat suka mainin di WB nya yg dibuat hangat tapi dalam modus monochrome.. Most of the time saya lakukan out of camera, jadi di lightroom atau PS
Nah dari beberapa parameter yg kita bisa ubah2 di atas, kita bisa langsung save sebagai -let’s say- “tonal template” preferable kita. Misalnya saat nyetret kita buat piccon sendiri, saat landscaping kita buat piccon sendiri, kita bisa save/simpen piccon tsb dan gunakan saat waktunya datang. :)
Tools dan feature yg sangat berguna dari piccon di sini adalah GRID ADJUSTMENT.
Dimana kita bisa meliat positioning PICCON yg kita punyai dalam parameter2 yg kita ubah tsb di atas, sbg pembanding dalam bentuk grid.
pic11.jpg
Sehingga misalnya kita mo copy and paste dari piccon yg sudah ada dengan mengubah sedikit kontrastnya misalnya atau saturasinya, tinggal arahkan grid ke piccon yg kita ingin ubah lalu pencet quick adjust dan set !
Buat jadi bacaan, mongg0 bisa di liat di http://imaging.nikon.com/lineup/microsite/picturecontrol/

Wah asik juga nih. Terus gimana caranya kita “upload” PICCON yg kita buat out of camera ke dalam kamera kita?

Dengan menggunakan CF card (step secara singkat)
1.bikin folder bertuliskan NIKON di mana saja…
2.download file PICCON misalnya  D2X mode dari nikon.eur/usa
3.save file D2X tersebut di folder NIKON
4.extract D2X pic control dr nikon.eur/usa di dalam folder NIKON tadi (jadi ada D300_M1.NOP…dst)
5.format CF card di camera anda ( lakukan untuk menghindari crash / error )
6.copy folder NIKON tadi langsung ke CF
7.Di kamera, cari >> manage picture control >> load/save >> copy TO camera>>save as….
pake Nikon View NX/Capture NX
1.install view/capture NX
2.update ke versi terbaru
3.connect camera via USB 2.0
4.masuk ke VIEW NX / CAPTURE NX
5.masuk ke FILE>>LAUNCH PICTURE CONTROL UTILITY
6.anda akan berada di window Picture Control Utility
7.di kiri atas akan terlihat STORED PICTURE CONTROLS..
8.tinggal memilih saja mode PICCON  yang sudah tersedia, lakukan EXPORT ke CF anda….
9.kembali ke D300 anda, masuk ke MANAGE PICTURE CONTROL>>LOAD/SAVE>>>COPY TO CAMERA>>>>save as

Hmmm terus dimana PICCON yg bisa saya unduh? baik yg dikeluarin oleh sama Nikon maupun oprekan orang?

hehehhhe kalau yg Nikon bisa ke webnya mereka http://nikonimglib.com/opc/
Kalau pengen yg style PICCON mirip dengan tonal film bisa diliat thread di milist ttg piccon yg pernah dibuka threadnya sama Azis.
Saya copy paste lagi di sini, di simpen sama Paidjo (Marcel FN)
silakan dicoba: http://www.marcellinosantoso.com/fn/nikon_custom_pc.rar
PICCON01.NCP = Agfa Optima
PICCON02.NCP = Fuji Astia
PICCON03.NCP = Fuji Velvia
PICCON04.NCP = Fuji Superia Reala
PICCON05.NCP = sReala
PICCON06.NCP = sReala2
*origine: http://www.flickr.com/groups/d300-france/discuss/72157604750398094/
Utk yg superia nya versi saya, saya pake Superia yg dikembangkan oleh Mas Kunto di FN..
Dahulu saya gak terlalu menyentuh PICCON karena bermain2 dengan D70s, tapi setelah berkenalan dengan D300 dimana kita bisa tweaking tonal in camera melalui piccon, lumayan bisa menghemat waktu post processing kita. Apalagi ternyata bisa kita lakukan di kamera2 lawas yg gak ada piccon nya…
Superia yg dikembangkan Kunto Antariksa ini dikembangkan dari D2X dengna mengubah sedikit di kontras, brightness dan curve nya sedikit. Jika kita menggunakan Preset WB dengan baik, dan diterapkan pake piccon superia ini, maka hasilnya cukup memuaskan. Cocok utk semua kondisi pemotretan baik landscape maupun portrait (skin tone)


Photo2 saya kebanyakan memakai piccon superia ini.


Yg mau piccon superia ini bisa japri ke saya, karena pesen si empunya utk tidak melemparkan ke milis atau diupload di website. Tweaking sederhana saya, saya naikan sedikit ketajaman dan contrastnya.


Utk street photography, saya suka pake nikon D70s dengan custom saturasi (-1), sharpness (+1) dan contrast (+2)
Hati2 dengan custom contrast yg tinggi, utk photo dengan dynamic range yg lebar, kadang detail di shadow dan highlight justru hilang termakan kontrastnya…


Kira2 segitu yg bisa dishare utk memancing diskusi yg lebih hangat lagi.. Semoga bermanfaat…

salam,
Prio Adhi Setiawan
www.priotography.com

Back to Basic: Memahami Shutter Speed

Oleh Digital Camera / 17 April 2012 13:13:56 WIB

Pemandangan air terjun yang terkesan lembut? Penggunaan shutter speed lambat "melembutkan" elemen yang bergerak.
Foto: Digital Camera / Fotografer: Digital Camera
Shutter speed adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan eksposur. Pada sebagain besar SLR, mekanisme shutter terdiri atas dua rangkaian ‘tirai’ yang membuka dan menutup di depan sensor kamera ketika tombol shutter release ditekan. Ketika tirai pertama membuka, permukaan sensor akan terpapar cahaya hingga tirai kedua turun untuk menutupi kembali. Durasi sensor terekspos diukur dengan shutter speed, dan eksposur dapat berlangsung dalam hitungan menit hingga jam dalam situasi ekstrim. Namun, waktu yang dibutuhkan eksposur umumnya hanya sepersekian detik, misalnya ½ detik, 1/100 detik, atau 1/1000 detik. Semakin kecil bilangannya, semakin singkat waktu sensor terekspos cahaya. Jadi, 1/1000 detik menghasilkan eksposur yang jauh lebih singkat daripada ½ detik. Semakin pendek eksposur, semakin mudah membekukan gerakan.

Pemilihan shutter speed cepat, atau lambat mempunyai pengaruh penting. Selain perannya dalam mencapai eksposur yang tepat, durasi eksposur juga mempengaruhi ketajaman gambar, dan bagaimana gerakan obyek direkam. Soal ketajaman, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan: apakah shutter speed cukup cepat untuk a) membekukan gerakan obyek, dan b) memastikan Anda dapat menahan kamera tetap stabil selama eksposur? Jika tidak, obyek akan buram atau gambar yang dihasilkan tidak jelas.

Selasa, 24 April 2012

Komponen Komponen Kamera SLR


Komponen Kamera SLR


Pembidik

Salah satu bagian yang penting pada kamera adalah pembidik (viewfinder). Ada dua sistem bidikan, yaitu:
  • jendela bidik yang terpisah dari lensa (Viewfinder type)
  • bidikan lewat lensa (Reflex type).
Kamera SLR, sesuai dengan namanya (Single Lens Reflex), menggunakan sistem bidikan jenis kedua. Mata fotografer melihat subjek melalui lensa, sehingga tidak terjadi parallax, yaitu keadaan dimana fotografer tidak melihat secara akurat indikasi keberadaan subjek melalui lensa sehingga ada bagian yang hilang ketika foto dicetak. Keadaan parallax ini pada dasarnya terjadi pada pemotretan sangat close up dengan menggunakan kamera viewfinder.


Jendela Bidik

Jendela bidik merupakan sebuah kaca yang di dalamnya tercantum banyak informasi dalam pemotretan. Jendela bidik memuat penemu jarak (range-finder), pilihan diafragma, shutter speed, dan pencahayaan (exposure).


Lensa

Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (film). Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.


Macam-macam lensa

  • Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
  • Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
  • Lensa Fish EyeLensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
  • Lensa TeleLensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
  • Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Lensa MakroLensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.


Fokus

Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa, sehingga gambar yang dihasilkan tidak berbayang.


Kecepatan rana

Kecepatan rana (shutter speed) artinya penutup (to shut = menutup). Pada waktu kita menekan tombol untuk memotret, terjadi pembukaan lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film. Pekerjaan shutter adalah membuka dan kemudian menutup lagi.
Kecepatan rana adalah kecepatan shutter membuka dan menutup kembali. Shutter speed dapat kita atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia akan membuka selama 1/100 detik.
Skala shutter speed bervariasi. Ada yang B, 1, ½, ¼, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Mulai dari ½ sampai 1/1000 biasanya hanya disebut angka-angka dibawah saja. Artinya 100 = 1/100 dan 2 artinya ½ detik. Namun jika angka 2 itu berwarna, maka artinya adalah 2 detik.
Sedangkan B artinya bulb, yaitu jika tombol ditekan maka shutter membuka, dan ketika tombol dilepaskan maka shutter menutup.
Yang perlu diingat adalah, semakin lama kecepatan shutter, jumlah cahaya yang masuk akan semakin banyak. Semakin besar angkanya, maka kecepatan shutter akan semakin tinggi(shutter akan semakin cepat membuka dan menutup).
  • Speed cepat
Speed cepat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak. Semakin cepat pergerakan benda tersebut, maka semakin besar angka speed shutter yang kita butuhkan.
  • Speed lambat
Jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah, maka hasilnya ialah gambar akan tampak kabur, seakan-akan disapu, namun latar belakangnya jelas. Efek ini kadang-kadang bagus dan menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.
Cara lain adalah dengan menggerakkan kamera ke arah gerak objek (panning) bertepatan dengan melepas tombol. Hasil gambarnya ialah latar belakang kabur, tetapi gambar subjek jelas. Seberapa jelas atau kaburnya subjek tergantung pada cepat atau lambatnya gerakan panning. Jika gerakannya bersama-sama dengan gerakan subjek, maka gambar yang dihasilkan jelas. Sebaliknya jika kamera lebih cepat atau lebih lambat dari gerakan subjek, maka hasilnya akan blur (kabur).

Diafragma

Diafragma atau aperture (atau sering disebut bukaan) berfungsi untuk mengatur jumlah volume cahaya yang masuk. Alat ini biasanya terdapat di belakang lensa. Terdiri dari 5-8 lempengan logam yang tersusun dan dapat membuka lebih lebar atau lebih sempit.
Penulisan angka diafragma biasanya adalah f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, dan f/16, dst. Semakin kecil angka diafragma, maka bukaan yang dihasilkan akan semakin lebar sehingga cahaya yang masuk semakin banyak.
  • Bukaan besar
Bukaan diafragma yang besar digunakan untuk menghasilkan foto dengan subjek yang tajam dengan latar belakang blur.
  • Bukaan kecil
Bukaan kecil akan menghasilkan gambar yang tajam mulai dari foreground hingga background. Bukaan kecil biasanya digunakan dalam pemotertan landscape yang memang membutuhkan detail dan ketajaman di selurh bagian foto.


Depth of Field

Depth of field adalah jumlah jarak antara subjek yang paling dekat dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto. Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf, maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa pohon di depan tampak jelas kemudian makin ke belakang makin kabur.
Depth of field sangat tergantung pada:
  • Diafragma. Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar depth of field yang dihasilkan. Bukaan penuh akan menghasilkan depth of field yang sangat dangkal.
  • Jarak fokus lensa (focal length). Semakin panjang focal length, semakin sempit depth of field. Maka dari itu, lensa wide angle memiliki depth of field yang sangat besar.
  • Jarak pemotretan. Semakin dekat jaraknya, semakin sempit depth of field yang dihasilkan.
Fungsi depth of field adalah untuk mengaburkan latar belakang jika latar tersebut tidak sesuai dengan subjeknya.


Pencahayaan

Pencahayaan atau exposure adalah kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk; intensitas (diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh shutter speed) cahaya yang masuk dan mengenai film.
Film dengan ASA tinggi, memerlukan sedikit cahaya untuk menghasilkan gambar yang jelas. Sebaliknya, film dengan ASA rendah memerlukan banyak cahaya untuk menghasilkan gambar yang jelas.
Exposure diukur oleh alat yang disebut light-meter. Jika light-meter menunjukkan kekurangan cahaya, maka kita bisa memperkecil bukaan diafragma atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya, jika light-meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar bukaan diafragma atau mempercepat shutter speed.
  • Overexposure
Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu banyak. Gambar yang dihasilkan akan terlalu terang.
  • Underexposure
Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu sedikit. Keadaan ini menghasilkan gambar yang gelap.


Perkembangan Kamera SLR

Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex)
Pada prinsipnya, kamera SLR dan DSLR memiliki cara kerja dan komponen yang sama. Yang membedakan adalah penggunaan film. Kamera SLR menggunakan film sebagai medium penangkap, sedangkan kamera DSLR tidak lagi menggunakan film. Sebagi gantinya, kamera DSLR menggunakan CCD atau CMOS.
Resolusi terendah kamera DSLR adalah 5.1 megapiksel.
== Referensi ==benjo
  • Soelarko, R.M. Prof.Dr. Penuntun Fotografi Edisi V. Bandung: PT. Karya Nusantara
  • Chiawono, Agus. Teknik Fotografi Digital Blitz for Dummies. www.situsfoto.net
  • (Basic) Kombinasi Shutterspeed, Diafragma, dan ISO. www.alvinfauzie.com
  • Glossary. www.library.thinkquest.org


BAGIAN-BAGIAN KAMERA



MENGENAL BAGIAN KAMERA ANALOG

Pada dasarnya bagian luar kamera analog dan digital serupa. Apalagi kamera analog yang sudah elektronik. Hanya saja di kamera digital yang tampak menonjol adalah adanya LCD untuk menampilkan picture yang di-capture. Pada kamera analog, tentu saja ada bagian yang bisa dibuka untuk menaruh film. Sementara pada kamera digital film tidak diperlukan lagi.
Berikut adalah gambar penampang kamera analog (klik gambar untuk memperbesar):
draft_lens17943501module150154791photo_1305235873camera_diag.jpg

Sementara nama dan kegunaannya adalah sebagai berikut:

Lens: Lensa adalah bagian dari kamera yang bisa integral tak terpisah atau bisa dilepas (tergantung jenis kameranya) yang berguna untuk memfokuskan cahaya agar tertangkap oleh bagian kamera untuk kemudian direkam ke atas film. Pengaturan cahaya yang disebut diafragma terdapat di lensa.

Film Compartment: Kompartemen film di dalam kamera, merupakan sebuah ruangan di dalam kamera yang menyimpan film. Biasanya terletak di bagian belakang yang bisa dibuka seperti pintu. Kompartemen film ini memiliki bagian untuk tabung film, bagian untuk membentangkan film agar bisa tercahayai, papan penekan untuk mengencangkan film dan tombol penggulung film.

Viewfinder: Jendela bidik adalah bagian di belakang kamera yang dipergunakan oleh fotografer untuk mengarahkan lensa agar bisa menangkap gambar.

Shutter: Perekam gambar atau Rana adalah bagian kamera yang terdiri dari plastik atau logam yang menjaga agar cahaya masuk ke film atau sensor digital.

Shutter Release: Tombol perekam gambar atau tombol tembak adalah tombol yang digunakan untuk merekam gambar. Saat tombol ini ditekan, rana membuka dan cahaya bisa masuk ke dalam kompartemen film untuk memaparkan cahaya kepada film.

Shutter Speed Control: Pengontrol Kecepatan Tembak. Ini adalah bagian dari kamera yang digunakan untuk mengontrol seberapa lama rana terbuka.

Film Speed Control: Pengontrol Kecepatan Film mengontrol kecepatan film yang tepat. (Biasanya dikenal dengan ISO atau ASA).

F-Stop Control: Pengontrol Diafragma untuk mengatur besarnya cahaya yang masuk melalui lensa.

Flash: Kita mengenalnya sebagai blitz atau lampu flash. Digunakan sebagai cahaya buatan sebagai tambahan apabila dirasakan cahaya yang tersedia kurang untuk merekam gambar.

Hot Shoe Mount: Dudukan blitz yang biasanya terdapat di bagian atas kamera, terutama di kamera SLR (Single Lens Reflect).

Lens Ring Mount: Dudukan lensa. Ada pada kamera yang memiliki lensa yang bisa dilepas-tukar. Berbentuk semacam cincin yang bisa mengunci lensa yang dipasang. Tentu saja terletak di bagian depan kamera.

Pengenalan kamera analog ini sebenarnya penting agar memahami cara kerja kamera. Apalagi saat ini kamera digital cenderung membuat pemakainya tidak mengetahui prinsip dasarnya.

SEJARAH FOTOGRAFI


SEPINTAS SEJARAH FOTOGRAFI

Mengenal sejarah fotografi yang sudah berusia ratusan tahun kini lebih mudah dilakukan. Banyak sumber di internet yang bisa dirujuk. Bila mencari di google, maka akan ditemui di urutan pertama: History of photography - Wikipedia, the free encyclopedia. Dari situ, kita bisa tahu bahwa konsep awal fotografi telah dibuat oleh para filsuf seperti Aristoteles & Euclid dari Yunani, Mo Ti dari China dan Ibn Al-Haytham (yang di barat dikenal dengan nama Alhazen) dari Mesir. Pengembangan konsep ini terus dilakukan oleh banyak ilmuwan. Masing-masing bekerja sesuai keahliannya.

Ada yang bekerja menyempurnakan kamera, sehingga menemukan kamera yang disebut “obscura box”. Kamera ini digunakan pertama kali oleh Anthemius dari Tralles-Byzantium dan dikembangkan oleh Ibn Al-Haytham. Sementara bahan-bahan kimia untuk merekam cahaya dalam citra diselidiki antaral lain oleh Albertus Magnus, Georges Fabricius ,William Homberg dan Johann Heinrich Schultz. Sementara medium penangkap dan studi kamera lanjutan dilakukan antara lain oleh Joseph Nicéphore Niépce dan Louis Daguerre. Mereka adalah para ilmuwan yang berbeda masa hidupnya dan juga beberapa berbeda lokasi tempat tinggalnya. Ada yang melakukan studi dan percobaan terpisah, tapi ada yang melanjutkan dari penemu sebelumnya. Karena banyaknya ilmuwan yang terlibat, maka tidak ada yang disebut sebagai “bapak fotografi”.

Foto pertama yang berhasil direkam dalam medium adalah karya Niepce tahun 1826. Sayangnya, foto ini hancur tak sengaja. Medium perekamnya bernama pewster. Ini adalah campuran logam yang sebagian besar terdiri dari timah, meski ada juga bahan lain seperti perunggu. Salah satu foto tertua yang masih ada justru karya rekan kerja Niepce yaitu Daguerre. Foto ini merekam suasana sebuah jalan di Paris, berjudul “Boulevard du Temple” yang diperkirakan dibuat akhir tahun 1838 atau awal 1839. Karena saat itu perekaman cahaya masih dalam tahap awal, perlu 10 menit untuk membuat foto ini. Sehingga jalan yang sibuk penuh orang dan kendaraan lalu-lalang malah jadi terkesan kosong. Hanya dua orang yang masih bisa terekam yaitu seorang pemilik sepatu yang sepatunya sedang digosok (disemir) oleh tukang gosok sepatu. (Foto di bawah, klik untuk sedikit lebih besar).


Evolusi fotografi terus berlangsung. Namun penemuan Daguerre sangat penting sehingga medium untuk penangkapnya disebut “daguerreotype”. Proses pencarian bahan untuk merekam cahaya terus dilakukan, demikian pula penyempurnaan terhadap alatnya yaitu kamera. Bahan-bahan kimia terus dikembangkan hingga ditemukan aneka bahan baru termasuk lapisan emulsi untuk film, bahan pelarut seperti perak dioksida hingga ke teknologi untuk kameranya. Saya tidak akan membahas semuanya di sini. Cukup untuk mengetahui bahwa konsep fotografi sudah dimulai sejak abad 3 SM namun baru bisa diwujudkan setelah pengetahuan dan teknologi manusia mencukupi pada abad 18. Karena itu kita harus menghargai para penemu tersebut dan tidak menganggap fotografi sudah “dari sononya” begini dengan kemudahan “digital photography” yang sekarang kita punya. Evolusi masih mungkin akan berlanjut seperti menuju ke “holographic photography” yang saat ini masih dikerjakan di berbagai laboratorium.